Volatilitas: Pengertian, Risiko, dan Indikator

Daftar Isi
Volatilitas merupakan tingkat di mana harga suatu aset berfluktuasi dalam rentang waktu tertentu, mencerminkan ketidakstabilan intrinsik dari pasar. Adapun, volatilitas dalam pasar keuangan mewakili tingkat ketidakpastian yang melekat pada nilai aset di masa depan.
 
 
Aset dengan volatilitas tinggi memiliki risiko yang lebih tinggi bagi investor karena potensi kerugian yang lebih besar akibat fluktuasi harga yang tiba-tiba, sedangkan aset dengan volatilitas rendah umumnya dianggap lebih aman karena risiko kerugiannya lebih kecil. 

A. Pengertian Volatilitas

Berikut ini beberapa pengertian volatilitas menurut para ahli antara lain. 
  • Menurut Hull, volatilitas adalah adalah ukuran statistik yang menggambarkan tingkat ketidakstabilan harga suatu aset, mencerminkan fluktuasi harga yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.
  • Menurut Black dan Scholes, volatilitas adalah input penting dalam model-model valuasi yang digunakan untuk menghitung harga wajar dari berbagai instrumen keuangan.
  • Menurut Markowitz, volatilitas adalah satu metrik utama yang digunakan untuk mengukur kinerja portofolio, di mana volatilitas yang rendah umumnya dikaitkan dengan kinerja portofolio yang lebih stabil dan konsisten.
  • Menurut Fama, volatilitas adalah manifestasi dari dinamika pasar yang terus berubah, di mana aliran informasi baru secara konstan memicu fluktuasi harga yang tidak terduga.
  • Menurut Shiller, volatilitas adalah kondisi pasar di mana harga aset sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti sentimen investor, peristiwa global, dan perubahan kebijakan pemerintah, sehingga seringkali melenceng dari nilai fundamentalnya.
 

B. Risiko Volatilitas

Berikut ini beberapa dari risiko volatilitas antara lain.

1. Ketidakpastian Pengembalian Investasi

Volatilitas pasar menciptakan fluktuasi yang signifikan pada nilai investasi, membuat perkiraan masa depan menjadi tidak pasti. Tingginya tingkat ketidakpastian pasar membuat perkiraan pengembalian investasi jangka pendek menjadi tidak akurat. Ketidakpastian yang tinggi akibat fluktuasi pasar membuat hasil investasi menjadi kurang dapat diprediksi dan berpotensi merugikan. Investor perlu memiliki pendekatan yang lebih fleksibel dalam merumuskan strategi investasi untuk menghadapi dinamika pasar yang tak terduga.

2. Risiko Penurunan Nilai Aset

Fluktuasi harga yang ekstrim akibat volatilitas tinggi dapat menyebabkan penurunan harga aset secara drastis dalam waktu singkat. Kondisi ini seringkali muncul sebagai akibat dari pergeseran sentimen pasar, penyesuaian kebijakan ekonomi, atau dampak peristiwa-peristiwa tak terduga di luar kendali pasar. Contohnya saja, selama periode krisis ekonomi, nilai saham perusahaan-perusahaan besar mengalami penurunan drastis, sementara mata uang lokal melemah terhadap mata uang asing. Risiko ini membawa konsekuensi nyata berupa hilangnya sebagian besar nilai investasi dalam waktu singkat bagi para pemilik aset.

3. Risiko Emosional dan Psikologis pada Investor

Dalam menghadapi gejolak pasar, investor seringkali terjebak dalam perangkap emosi, menjual aset pada titik terendah atau membeli pada puncak harga. Reaksi emosional yang berlebihan terhadap ketidakpastian dapat menyebabkan investor mengambil keputusan yang merugikan, seperti menjual aset yang berpotensi memberikan imbal hasil tinggi di masa mendatang. Dampak psikologis ini seringkali mendorong investor untuk menyimpang dari rencana investasi yang telah disusun dengan matang, mengutamakan insting daripada analisis rasional.

4. Risiko Likuiditas

Tingkat volatilitas yang tinggi secara langsung berbanding terbalik dengan tingkat likuiditas aset, membuat spread bid-ask pada aset yang kurang likuid melebar dan meningkatkan biaya transaksi. Ketidakpastian yang tinggi akibat fluktuasi harga membuat investor lebih memilih untuk menahan aset daripada menjualnya pada harga yang dianggap terlalu rendah, mengurangi tekanan jual dan memperparah kondisi pasar yang tidak likuid. Kondisi ini membuat investor harus menanggung biaya transaksi yang lebih besar karena selisih antara harga penawaran dan permintaan yang lebar, mengurangi profitabilitas investasi. Hal ini mencerminkan disfungsi pasar, di mana harga aset tidak lagi mencerminkan nilai intrinsiknya, menyebabkan kerugian bagi investor yang harus menjual aset pada harga yang tidak wajar.

5. Risiko Penetapan Harga yang Kurang Akurat

Pergerakan harga yang tidak menentu dan sulit diprediksi membuat penilaian terhadap aset menjadi sangat menantang, bahkan bagi para analis yang berpengalaman. Fluktuasi harga yang cepat menciptakan ketidakpastian yang tinggi, membuat perkiraan nilai aset menjadi sulit. Sebagai konsekuensinya, investor akan menghadapi risiko kerugian yang lebih tinggi karena telah salah menilai profil risiko dari aset tersebut. Dinamika pasar yang konstan mengharuskan investor untuk terus beradaptasi dan melakukan penyesuaian portofolio secara berkala.

6. Risiko Pasar yang Lebih Luas

Fluktuasi harga yang ekstrim dapat menciptakan gelombang ketidakstabilan yang merambat ke seluruh pasar keuangan, memicu penurunan kepercayaan investor. Penurunan nilai suatu aset dapat memicu reaksi berantai yang menyebar ke berbagai instrumen keuangan, menciptakan ketidakstabilan di seluruh pasar. Contohnya saja, ketika indeks saham mengalami koreksi yang dalam, sektor-sektor terkait seperti perbankan, properti, dan nilai tukar mata uang cenderung bergerak searah ke bawah, mencerminkan interkoneksi yang kuat antara berbagai instrumen keuangan. Jika tidak ditangani dengan tepat, fluktuasi pasar yang awalnya tampak sepele dapat berkembang menjadi krisis yang berdampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat.

C. Indikator Volatilitas

Berikut ini beberapa indikator dari volatilitas antara lain.

1. Average True Range (ATR)

Average True Range (ATR) adalah suatu indikator teknis yang memberikan gambaran kuantitatif tentang tingkat fluktuasi harga suatu instrumen keuangan dalam periode waktu tertentu.Dikembangkan oleh J. Welles Wilder, indikator ini berfungsi untuk membantu para pelaku pasar dalam menilai kondisi pasar yang dinamis dan mengelola risiko secara efektif. Ketika nilai ATR berada pada level yang tinggi, harga cenderung bergerak dalam rentang yang lebih lebar, menunjukkan tingkat ketidakstabilan yang lebih besar. Sedangkan bila nilai ATR rendah, harga cenderung bergerak dalam rentang yang lebih sempit, mengindikasikan pergerakan harga yang lebih terbatas. Berbeda dengan indikator momentum yang dirancang untuk mengidentifikasi arah tren, ATR secara khusus berfokus pada pengukuran tingkat volatilitas pasar, tanpa memberikan bias terhadap arah tertentu.

2. Bollinger Bands

Bollinger Bands adalah alat analisis teknis yang terdiri dari garis tengah yang berfungsi sebagai acuan, garis atas yang menunjukkan tingkat overbought, dan garis bawah yang menunjukkan tingkat oversold, agar supaya membantu trader dalam mengidentifikasi peluang trading. Jarak antara garis-garis Bollinger Bands memiliki korelasi langsung dengan tingkat volatilitas pasar, di mana peningkatan volatilitas akan menyebabkan pelebaran jarak antara garis-garis tersebut, dan sebaliknya. Pergerakan harga mendekati atau melewati garis luar Bollinger Bands dapat ditafsirkan sebagai peringatan bahwa momentum tren saat ini mungkin akan berkurang atau bahkan berbalik arah. Indikator ini menunjukkan kapan pasar mungkin telah mencapai titik jenuh, baik dalam kondisi bullish maupun bearish.

3. Keltner Channel

Keltner Channel merupakan alat analisis teknis yang berfungsi untuk mengukur volatilitas pasar dan mengidentifikasi potensi titik balik, dengan menggunakan ATR sebagai dasar perhitungannya. Dalam Keltner Channel, jarak antara band atas dan bawah ditentukan oleh tingkat volatilitas pasar yang diukur menggunakan Average True Range (ATR), sementara garis tengahnya mengikuti tren harga melalui Exponential Moving Average (EMA). Pergerakan harga menuju batas atas saluran Keltner memberikan sinyal peringatan akan potensi pembalikan tren ke bawah, sedangkan pergerakan harga menuju batas bawah memberikan sinyal peringatan akan potensi pembalikan tren ke atas. Para trader sering menggunakan indikator ini untuk menilai kekuatan tren, menentukan titik masuk dan keluar pasar yang potensial, serta mengukur tingkat risiko pada suatu posisi.

4. Historical Volatility (HV)

Historical Volatility (HV) adalah ukuran statistik yang menunjukkan seberapa besar harga suatu aset telah bergerak secara acak dalam periode waktu tertentu, baik ke arah atas maupun ke bawah. Pengukuran ini menggunakan deviasi standar sebagai metrik untuk mengukur sebaran dari persentase perubahan harga atau log return. Semakin besar fluktuasi harga historis yang tercermin dalam nilai HV, semakin tinggi eksposur investor terhadap risiko pasar. Dengan menghitung HV, investor dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang potensi pergerakan harga aset.

5. Volatility Index (VIX)

Volatility Index (VIX) merupakan sebuah metrik yang diciptakan oleh Chicago Board Options Exchange (CBOE) untuk memberikan gambaran kuantitatif tentang tingkat ekspektasi pasar terhadap volatilitas S&P 500 dalam jangka pendek. Sebagai cerminan dari sentimen pasar, VIX yang tinggi menandakan bahwa investor semakin waspada terhadap risiko dan cenderung mencari aset-aset yang lebih aman. Tinggi rendahnya VIX sejalan dengan tingkat ketidakpastian yang diantisipasi pasar, memberikan petunjuk tentang sentimen investor terhadap prospek pasar.

6. Standard Deviation

Standard deviation (deviasi standar) merupakan suatu ukuran statistik yang menunjukkan tingkat penyebaran data harga di sekitar nilai tengahnya, memberikan gambaran tentang seberapa besar fluktuasi harga yang dapat terjadi dalam periode tertentu. Deviasi standar yang tinggi menunjukkan bahwa harga aset seringkali menyimpang jauh dari nilai rata-ratanya, menciptakan kondisi pasar yang lebih bergejolak.Di sisi lain, deviasi standar yang rendah mengindikasikan bahwa harga cenderung berkumpul di sekitar nilai rata-ratanya, menciptakan pola pergerakan harga yang lebih konsisten dan terprediksi. Dengan indikator ini, trader dapat menilai sejauh mana harga bergerak dari nilai tengahnya untuk menentukan waktu yang tepat dalam bertransaksi.

Demikian penjelasan tentang volatilitas: pengertian, risiko, dan indikator. Semoga bermanfaat untuk semua yang membaca postingan ini.
 
Referensi:
 
Darmawan. 2022. Ekonomi Keuangan. UNY Press. Yogyakarta.