Komunikasi Risiko: Pengertian, Prinsip, dan Tujuan

Daftar Isi
Komunikasi risiko adalah komunikasi yang efektif supaya masyarakat yang mengalami risiko mendapatkan pemahaman dan mengaplikasikan tindakan yang benar, serta supaya pihak yang memiliki otoritas dan para pakar bisa mendengarkan maupun menanggulangi keresahan dan kebutuhan khalayak umum secara substansial dan terpercaya. Adapun yang terpenting ialah akurasi waktu komunikasi risiko, terutama dalam rangka meminimalisasi isu dan melawan cerita bohong.

Komunikasi Risiko, Pengertian Komunikasi Risiko, Prinsip Komunikasi Risiko, Tujuan Komunikasi Risiko

Komunikasi risiko termasuk unsur yang relevan dari kesehatan masyarakat. Dalam kondisi darurat pada kesehatan masyarakat, publik harus mendapatkan pemahaman mengenai risiko kesehatan apa yang mereka hadapi, karakteristik, skala kasus, dan langkah apa yang bisa mereka ambil dalam rangka melakukan perlindungan kesehatan dan kehidupan mereka.
 

A.    Pengertian Komunikasi Risiko

Berikut ini beberapa pengertian komunikasi risiko menurut para ahli antara lain.
  • Menurut Inadia Aristyavani, komunikasi risiko adalah komunikasi dalam rangka menyadarkan khalayak umum tentang eksistensi suatu risiko dan mengimbau khalayak umum melakukan aksi terhindar dari risiko itu sendiri.
  • Menurut Palenchar dan Heath, komunikasi risiko adalah komunikasi yang berkaitan dengan risiko. Tujuan final dari pendalaman komunikasi risiko ialah mengintensifkan pemahaman tentang risiko agar supaya mampu melakukan tindakan dalam rangka mengurangi efek dari risiko.
  • Menurut National Research Council (NRC), komunikasi risiko adalah mekanisme yang bersifat interaktif tentang pertukaran informasi dan pendapat antara seseorang, kelompok, dan organisasi. Hal ini meliputi banyak keterangan berupa pesan mengenai sumber risiko dan pesan lainnya, bukan sekadar mengenai risiko yang mencurahkan keresahan, opini, maupun tanggapan atas pesan risiko atau regulasi hukum atau institusional pengelolaan risiko.
  • Menurut Widyawati, komunikasi risiko adalah mekanisme komunikasi dalam rangka meningkatkan wawasan dan kesadaran seseorang dan khalayak umum mengenai risiko ancaman bahaya supaya mereka bisa melakukan antisipasi dan menanggulangi berbagai risiko barangkali akan terjadi .
 

B.    Prinsip Komunikasi Risiko

Berikut ini beberapa prinsip komunikasi risiko antara lain.

1.    Keteraksesan dan Keterbukaan

Poin penting dalam rangka menanggulangi isu dan keresahan publik ialah dengan memberikan keteraksesan dan keterbukaan pesan berupa informasi tentang risiko. Keteraksesan merupakan suatu informasi tentang risiko harus mudah diakses oleh publik. Adapun, keterbukaan tentunya berkaitan dengan informasi, implikasinya ialah pihak yang menanggulangi risiko melakukan penyediaan informasi yang transparan agar supaya publik percaya bahwa tidak terdapat sesuatu yang disembunyikan. Dengan adanya keteraksesan dan keterbukaan informasi harapannya akan mendongkrak tanggapan masyarakat bahwa mereka mendapatkan pemahaman secara menyeluruh mengenai risiko serta mereka merupakan rekan dalam berbagi risiko. Komunikasi risiko mesti mencakup mekanisme interaktif yang memungkinkan segenap pihak diberi akses ke berbagai pesan tentunya mewakili segenap pendapat yang penting. Melakukan Pengenalan terhadap berbagai titik konvergensi di antara pendapat-pendapat tentang risiko berperan sebagai sarana dalam rangka memahami perbedaan pendapat yang saling berhubung tentunya mengarah pada pembentukan kesepakatan mengenai kasus. Pendekatan komunikasi risiko memerlukan tindakan berbagi informasi dan membentuk jaringan hubungan kerja antarpersonal, kelompok, dan organisasi. Membentuk hubungan tersebut memerlukan keteraksesan dan keterbukaan informasi yang termasuk asumsi dari tindakan kebersamaan.

2.    Melakukan Komunikasi Sejak Dini dan Konsisten Mengenai Risiko

Komunikasi risiko mesti dilakukan dengan segera sesudah risiko dikenali dan berkesinambungan dilangsungkan ketika informasi baru tersedia. Dalam masalah risiko layaknya pandemi penyakit yang tidak dikenal (contohnya Covid-19), komunikasi mesti menjauhkan kesimpulan yang bersifat tergesa-gesa saat pendalaman penyelidikan klinis dan epidemiologi sedang berjalan. Sesudah dilakukan pendalaman ilmiah yang telah diuji, keterangan berupa informasi tersebut harus cepat-cepat diberitahukan kepada publik. Masing-masing dalam proses menunda informasi akan mendatangkan akibat layaknya muncul datangnya isu, desas-desus, kabar bohong, dan lain sebagainya.  Adanya isu di khalayak umum dapat melenyapkan komunikasi risiko lantaran publik lalu tidak mempercayai informasi valid yang diberikan oleh pihak berkewajiban dalam proses menangani risiko. Pemberi informasi risiko yang tepat wajib melakukan kontak secara langsung dengan masyarakat mengenai risiko dan melangsungkan proses menyebarkan informasi dengan mekanisme sistematis kepada masyarakat tentang tingkat risiko dan tren risiko itu di masa depan.

3.    Mekanisme Strategis dalam Rangka Mengomunikasikan Ketidakpastian

Pada lingkup keadaan risiko, senantiasa terjadi ketidakpastian. Komunikasi risiko kerap kali mesti menyampaikan info ketidakpastian tentang teknologi, sikap, langkah medis, dan lain sebagainya. Perihal tersebut khususnya jika penelitian sedang bergulir, dan perolehan berupa hasi belum didapat dan diketahu secara jelas. Keadaan ketidakpastian ini wajib diberitahu dengan semestinya lantaran jika tidak benar dalam menyampaikan info akan berdampak pada ketidakpercayaan publik. Supaya tepat, informasi sejenis ini mesti menyertakan gagasan, gambaran, dan penalaran yang akan meningkatkan kesadaran di antara masyarakat pada umumnya. Lantaran ketimpangan pemahaman, para pakar dan orang biasa relatif menganggap risiko dengan cara yang berbeda dan relatif memakai makna kata yang berlainan dalam mengulasnya. Mengomunikasikan ketidakpastian dengan mekanisme tepat membutuhkan evaluasi berbagai tingkat respon di antara masyarakat umum yang berlainan, dan mengaplikasikan strategi berbasis ilmiah dalam rangka memberitahukan ketidapastian. Pada lingkup komunikasi risiko, terutama dalam masalah kesehatan masyarakat, staf yang bertugas sebagai Public Relations (PR) mesti bisa menginterpretasikan keadaan ketidakpastian layaknya “mungkin” lalu membuatnya jadi suatu informasi dengan kepastian yang tinggi dan jelas.
 

C.    Tujuan Komunikasi Risiko

Berikut ini beberapa tujuan komunikasi risiko antara lain.
  • Membentuk masyarakat yang harmoni dan mengertu apa yang mereka mesti kerjakan untuk lingkungan sekitarnya.
  • Mengintensifkan pemahaman dan kesadaran mengenai kasus-kasus spesifik yang mesti ditinjau oleh segenap partisipan selama mekanisme analisis risiko.
  • Mendongkrak stabilitas dan transparansi dalam proses mengambil keputusan manajemen risika dan penerapannya.
  • Memberikan dasar yang aman dalam rangka menginterpretasikan hasil pertimbangan manajemen risiko yang direkomendasikan atau diterapkan.
  • Mengintensifkan keseluruhan daya guna dalam mekanisme analisis risiko.
  • Ikut memberikan bantuan dalam memajukan dan mengkomunikasikan progam informasi dan edukasi yang tepat bila kedua perihal tersebut terpilih sebagai opsi pengelolaan risiko.
  • Menjaga kepercayaan dan keyakinan khalayak umum dalam perihal keamanan suplai makanan.
  • Memperkuat hubungan kerja dan sama-sama menghargai di antara segenap peserta.
  • Mengintensifkan peran serta dari segenap pihak yang memiliki kepentingan secara efektif pada lingkup proses pengelolaan risiko.
  • Sama-sama bertukar informasi mengenai wawasan, perilaku, nilai-nilai, implementasi, dan tanggapan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam perihal risiko yang berhubungan dengan topik makanan dan topik yang bersangkutan.
 
Demikian penjelasan komunikasi risiko: pengertian, prinsip, dan tujuan. Semoga bermanfaat untuk semua yang membaca postingan ini.

 
Referensi:
 
Aristyavani, Inadia. 2021. Komunikasi Risiko: Konsep, Teori, dan Strategi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.