Fungisida: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Fungsi

Daftar Isi
Fungisida berasal dari kata fungus yang memiliki arti jamur yang termuat larutan atau senyawa kimia mengandung racun dan dapat diaplikasikan untuk membinasakan atau menghindari jamur.
 

Fungisida merupakan jenis pestisida yang dengan eksklusif dihasilkan dan dipakai untuk mengontrol (membinasakan, menanggulangi, atau menghindari) jamur atau fungi, bibit penyakit yang mengakibatkan penyakit. Model fungisida beragam, beberapa yang berwujud tepung dan likuid adalah yang sangat banyak dipakai. Fungisida dalam sektor pertanian diaplikasikan untuk mengontrol jamur pada bibit, benih, akar, batang, daun serta buah. Penggunaan dilangsungkan dengan proses tindakan menyemprotkan secara serta merta ke tanaman, suntik batang, perembesan pada akar, proses tindakan merendam pada benih.

A. Pengertian Fungisida

Berikut ini beberapa pengertian fungisida menurut para ahli antara lain.
  • Menurut Djojosumarto, fungisida adalah zat yang disemprotkan pada tanaman untuk mencegah dan mengatasi infeksi jamur yang dapat merusak tanaman.
  • Menurut Agus Susilo, Fungisida adalah zat yang bekerja dengan cara mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan jamur, sehingga jamur tidak dapat menyebabkan penyakit pada tanaman.
  • Menurut Semangun, fungisida adalah pestisida spesifik yang dirancang untuk mengatasi masalah penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur.
  • Menurut Wirawan dan Herwanto, fungisida adalah Fungisida zat yang mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan jamur, sehingga jamur tidak dapat menginfeksi tanaman.
  • Menurut Soejono, fungisida adalah senyawa yang mengganggu proses metabolisme jamur, sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.

B. Jenis-Jenis Fungisida

Berikut ini jenis-jenis fungisida antara lain.

1. Fungisida Anorganik

Terbentuk atas senyawa anorganik yakni dalam bentuk mineral, layaknya belerang dan kapur, atau kombinasi keduanya.
 
Eksploitasi belerang sebagai fungisida sudah terjadi lebih dari 200 tahun yang lalu. Pada tahun 1803, mekanisme menyemprotkan dengan belerang sudah dilangsungkan untuk pengendalian penyakit tepung pada berbagai buah. Pada abad ke 19, belerang secara ekstensif digunakan untuk pengendalian penyakit embun tepung pada berbagai buah serta anggur. Terkecuali sebagai materi semprot, belerang juga diaplikasikan sebagai bubuk. Belerang diformulakan dengan dilarutkan kaolin yang berisi 40% belerang dengan garis tengah komponen tidak lebih dari 6 μm.

2. Fungisida Organik

Fungisida organik adalah fungisida yang dibuat dari berbagai materi alami yang banyak dan sudah ada di alam. Fungisida ini umumnya aman dipakai sebab tidak memuat kandungan materi kimia yang mendatangkan bahaya.Berikut ini mineral yang termasuk fungisida organik antara lain.
  • Linoleat Tembaga (Copper Linoeat). Linoleat tembaga adalah fungisida tembaga organik yang digunakan sebagai penyemprot daun. Materi tersebut memiliki kekuatan racun yang cukup rendah. Walaupun begitu, fungisida ini diberitahukan pada fitotoksik atas apel, peach dan pir, dan bisa berfungsi sebagai bakterisida.
  • Naftenat Tembaga (Copper Nophthenate). Biasanya fungisida tembaga organik dahulu diaplikasikan sebagai pengawet kayu. Campuran tersebut merupakan campuran yang begitu tua. Dewasa ini tidak diaplikasikan lagi sebab memiliki kemampuan racun yang begitu tinggi dengan taraf LD50-nya 6 mg/kg. Naftenat tembaga bisa mengakibatkan luka pada area mata, kulit dan fitotoksik pada daun.
  • Oksinat Tembaga (Copper Oxinate). Oksinat tembaga merupakan fungisida yang dipakai untuk pengawet kayu. Kadar LD 100-nya memiliki besaran 4700 mg/kg, maka dari itu termasuk fungisida dengan kemampuan racun yang lemah, bisa mengakibatkan gangguan berupa iritasi pada permukaan kulit dan mata. Penyakit yang bisa diproses dengan fungisia oksinat tembaga yakni antraknos, embun tepung, busuk buah alternaria, dan tukak pada apel. Pengaplikasian sebagai materi semprot dan diformulakan dalam format WP, likuid, atau pasta.
  • Air Raksa (Merkuri). Layaknya perihal mengenai merkuri anorganik, fungisida merkuri organik juga jenis fungisida yang begitu mengandung racun. Fungisida ini memiliki formula partikel R-Hg. Struktur turunannya yakni Etil Merkuri Klorida (Ethyl Mercury Chloride), Fenil Merkuri Asetat (Phenyl Mercury Acetate = PMA), Metoksi Etil Merkuri Klorida (Methoxyethl Mercury Chloride).
  • Karbamat. Fungisida organik yang awal di temukan pada tahun 1931 yaknin tiram dan dibarengi oleh berbagai fungisida yang lain. Fitotoksitas (kemampuan racun pada tanaman) rendah. Fungisida kategori ini merupakan struktur turunan dari asam ditiokarbamat (dithiocarbamic acid). Komponen dari fungisida karbamat yakni, ferbam, ziram, thiram, nabam, zineb, maneb, mankozeb, dan lain-lainnya.

Berikut ini fungisida organik lainnya yakni.
  • Quinone (Kinon).
  • Nitrobenzene Berklor (Chlorinated Nitrobenzene).
  • Dikarboximid.
  • Dodine Acetate.
  • Tin-Organik (Organo-tin).
  • Senyawa Heterosiklik (iprodione dan vinclozolin).
  • Minyak Mineral (Mineral Oil).

C. Fungsi Fungisida

Berikut ini fungsi fungisida antara lain.
  • Menjaga tanaman terlebih dahulu sebelum membuatnya jadi sakit.
  • Mematikan bibit penyakit pada sumbernya.
  • Memberikan pemulihan atau penyembuhan dan pengurangan kerusakan yang muncul pada tanaman.
  • Menekan tersebarnya penyakit ke semua tempat menanam tumbuh-tumbuhan atau menularnya penyakit ke tanaman yang baik atau area lain.

Demikian penjelasan fungisida: pengertian, jenis-jenis, dan fungsi. Semoga bermanfaat untuk semua yang membaca postingan ini.
 
Update: 20/08/2024
 
Referensi:
 
Sumardiyono, Christanti. 2021. Pengantar Toksikologi Fungisida. Gadjah Mada University Press. Sleman.